Cerita Juli, Dokter Gigi Muda yang Sempat Terancam Gagal Selesaikan Studi Kedokterannya

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Di Puskesmas Sungai Tering, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, seorang dokter gigi muda bernama Juli menyimpan kisah pilu karena dulu sempat terancam gagal menggapai mimpinya untuk menjadi seorang dokter gigi.

Juli yang kala itu, mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sempat kebingungan kemana harus mencari uang dalam proses menyelesaikan studinya.

“Pada saat itu, saya sudah hampir menyelesaikan coass di FKG USU dan hanya tersisa dua departemen yang belum saya ikuti untuk post test. Biasanya, ujian post test diadakan bagi mahasiswa yang masih memiliki dua departemen yang belum selesai. Namun, Rektor mengeluarkan peraturan baru yang menghapus ujian post test dan mewajibkan seluruh mahasiswa yang belum mengikuti ujian kompetensi akhir (UKMP2DG) untuk membayar UKT,” jelas Juli.

Situasi itu membuat Juli hampir putus asa kemana akan mencari uang untuk membayar UKT. Juli merasa tidak mungkin lagi meminta uang kepada orang tua yang selama ini sudah mengeluarkan banyak biaya selama pendidikannya. Apalagi, Juli bukan dari keluarga kaya raya, ia hanya mengandalkan gaji pensiunan PNS dari sang ayah.

Juli juga bukan satu-satunya anak yang harus dibiayai, tetapi ia masih punya empat saudara lain, satu diantaranya adik Juli yang masih butuh biaya.

Kondisi tersebut semakin mendesak ketika Juli dan keluarganya tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar UKT dalam waktu tempo empat hari.

“Saya berusaha menjumpai Dekan FKG USU untuk meminta keringanan, namun keputusan sudah final,” ujarnya.

Namun siapa sangka, pintu rejeki terbuka untuk Juli. “Nah, rupanya ibu Dekan kemudian menyarankan saya untuk mengikuti beasiswa Dompet Dhuafa Waspada, tapi pada saat itu pendaftaran sudah ditutup,” tambahnya.

Di tengah rasa tidak percaya, Juli pun mendapatkan kabar baik bahwa ada penambahan kuota untuk beasiswa DDW. Tanpa berpikir panjang, dia segera memenuhi semua persyaratan dan menjalani wawancara di kantor DDW.

“Saya berusaha semaksimal mungkin meyakinkan panitia bahwa saya benar-benar membutuhkan bantuan tersebut. Alhamdulillah, wawancara berjalan lancar dan keesokan harinya saya dinyatakan lulus mendapatkan beasiswa,” ujarnya dengan penuh syukur.

Saat itu juga Juli menyadari bahwa pertolongan Allah dekat dengannya. Ia juga mengaku bantuan Dompet Dhuafa Waspada itu turut menjadi pengantar perjalannya untuk menjadi seorang dokter gigi.

“Saya sangat bersyukur atas bantuan ini. Tanpa beasiswa DDW, saya mungkin tidak bisa menyelesaikan pendidikan saya,” kata Juli.

Perempuan kelahiran Desa Sabadolok, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal ini pun sekarang tengah menjalani tugas sebagai pegawai Kementerian Kesehatan dalam program Nusantara Sehat dengan kontrak kerja selama dua tahun.

Di Puskesmas Sungai Tering, ia memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat di daerah terpencil.

Selain itu, Juli juga memiliki beberapa target penting untuk masa depannya, termasuk menjalankan ibadah Umrah, lulus menjadi PNS, dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

“Saya berharap beasiswa DDW bisa membantu lebih banyak mahasiswa yang membutuhkan. Selain itu, saya berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat di tempat saya bekerja, terutama di daerah terpencil,” jelas Juli.

Kisah Juli Hafriyanti Dalimunthe adalah contoh nyata tentang bagaimana dukungan dari beasiswa dapat mengubah arah hidup seseorang. Dengan tekad dan dukungan yang tepat, perjalanan Juli membuktikan bahwa segala sesuatu mungkin dicapai.

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Tinggalkan Komentar