Ketuk Pintu Mustahik di Rumah Nek Numa

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Jika waktu bisa diulang, mungkin Nek Numa memilih untuk kembali mengulangnya. Namun, pada kenyataannya sedetik saja waktu yang telah beranjak tidak bisa diminta lagi untuk kembali.

Kepada tim Dompet Dhuafa Waspada, nek Numa bercerita tentang nasib yang menimpanya. “Dulu, pas bapak (suami nek Numa) kami hidup dengan segalanya bercukupan,” ungkap nek Numa.

Nek Numa, dulunya memang dikenal sebagai keluarga yang berada. Ia bersama almarhum suaminya memiliki sebuah kios grosir sembako sebagai sumber penghasilan mereka.

“Kami juga dulu punya boat, ya memang bukan boat besar tapi bisa untuk digunakan nelayan menangkap ikan,” imbuh Nek Numa menambahi.

Tapi nasib kian berubah semenjak almarhum suaminya tertipu oleh salah seorang rekan. “Uang kami habis karena ditipu. Bapak semenjak itu sakit-sakitan,” kata Nek Numa.

Sejak saat itu, ekonomi Nek Numa mulai sulit. Satu persatu harta yang dimiliki mulai terjual untuk kebutuhan sehari-hari menghidupi keempat anaknya.

“Semua terjual, sampai-sampai rumah yang kami tempati dulu harus rela kami jual,” ucap Nek Numa dengan mata yang berkaca-kaca.

Di tengah ekonomi kian surut, kepedihan yang dialami Nek Numa bertambah karena sang suami dipanggil oleh yang Maha Kuasa.

“Waktu bapak kena tipu itu, dia mulai sakit-sakitan kan. Makanya, semakin susahlah ekonomi kami,” ucapnya lirih.

Demi bertahan hidup, berbagai cara ditempuh Nek Numa. Sejak kepergian suami di tahun 2001, Nek Numa pergi ke laut untuk mencari kerang.

“Lama saya cari kerang di laut, tapi karena umur sudah tua, tidak dikasih lagi sama anak-anak,” ucapnya.

Anak-anak nek Numa keempatnya sudah berkeluarga. Dari anaknya lah nek Numi sehari-hari bisa makan.

“Anak-anak memang ngantar makanan ke sini, tapi saya kasihan, mereka juga bukan hidupnya berlebih, kerjanya ada yang tukang becak, jualan, dan bantu-bantu di rumah makan,” ucap Nek Numa.

Oleh karena itulah, Nek Numa, menjadi salah satu penerima manfaat program Ketuk Pintu Mustahik dengan diberi sembako untuk kebutuhan pangan selama satu bulan.

Tak kuasa, diakhir perbincangan Nek Numa meneteskan air mata. Tidak tahu apa yang membuatnya begitu terisak, tapi yang jelas ia mengucapkan banyak terima kasih.

“Syukur alhamdulillah, masih ada yang mau peduli. Terima kasih banyak semoga kalian sehat dan semakin murah rezeki,” ucapnya.

Nek Numa yang saat ini berusia 75 tahun tinggal di Desa Bagan Percut Dusun 17, Kab. Deli Serdang. Bersama sang cucu, nek Numa menempati sepetak rumah terbuat dari tepas yang anyamannya sudah tak lagi utuh.

Nek Numa hanya satu dari sekian orang yang membutuhkan bantuan. Program Ketuk Pintu Mustahik ini masih terus hadir untuk para mustahik.

Seperti yang disampaikan Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Waspada, Sulaiman, “Program ini terbuka untuk siapa saja yang ingin berbagi, kita bantu mustahik agar bisa makan, untuk bantuan yang mau diberikan bisa datang langsung ke kantor Dompet Dhuafa Waspada atau hubungi ke nomor kita 081262006967,” tutupnya.

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Tinggalkan Komentar