Kisah Inspiratif Nabila Sukayyah Penerima Program Beasiswa Yatim Ekselensia Scholarship

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Kehidupan yang penuh tantangan seringkali memberikan imbas yang signifikan pada pendidikan generasi penerus kita.

Salah satunya adalah para yatim yang terpaksa berjuang untuk mengais penghasilan setelah pulang sekolah, bahkan harus rela mengubur impian mereka yang tak lagi tergapai.

Di tengah keadaan yang sulit, hadirlah cerita inspiratif seorang gadis bernama Nabila Sukayyah, anak pertama dari tiga bersaudara yang berasal dari Medan.

Nabila mengalami perjuangan yang tak terhingga dalam menjalani pendidikan sambil bekerja. Ayahnya meninggal dunia akibat penyakit diabetes yang telah lama dideritanya.

Untuk menutupi biaya pengobatan, keluarga Nabila terpaksa menjual rumah mereka yang menjadi satu-satunya aset berharga.

Kini, dengan uang yang tersisa, mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil. Sang ibu bekerja sebagai pemetik tangkai cabai, sedangkan Nabila bekerja di salah satu toko yang menjual kebutuhan bangunan rumah.

Meskipun penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, mereka bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan.

Keberuntungan akhirnya tersenyum pada Nabila ketika ia terpilih menjadi salah satu dari 50 siswa yatim yang mendapatkan Beasiswa program Yatim Ekselensia Scholarship (YES) dari Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat Dompet Dhuafa.

Kabar tersebut membawa kebahagiaan yang tak terhingga bagi Nabila dan keluarganya. Dengan senyum ceria di wajahnya, Nabila mengucapkan, “Alhamdulillah, Kak. Aku sangat senang bisa menjadi penerima beasiswa ini. Semoga program YES dapat terus berlanjut dan tidak hanya memberikan dana beasiswa, tetapi juga pembinaan lainnya. Aku akan meneruskan harapan ayahku untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri.”

Kisah Nabila dan banyak anak yatim lainnya mengajarkan kita sebuah pelajaran berharga. Meskipun hidup tak lagi sempurna setelah kehilangan sosok ayah atau ibu, bukan berarti mereka kehilangan harapan.

Dalam ketidaksempurnaan hidup, mereka tetap memiliki tekad yang lantang dan cita-cita yang besar. Mereka memperlihatkan kepada kita bahwa bahagia adalah hak setiap individu, tak peduli seberapa sulit situasi yang dihadapi.

Menjadi yatim tentu bukanlah keinginan atau pilihan seseorang, tetapi sebuah ketentuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Tinggalkan Komentar