“Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Demikianlah Allah nenetapkan dua hari yang menjadi hari istimewa bagi umat islam, hari-hari itu adalah hari raya Idul Fithri dan Idul Adha. Di hari tersebut seluruh umat muslim di seluruh dunia bersuka cita menyambut dan merayakannya bersama keluarga, sanak saudara dan karib kerabat. Bahkan pada hari-hari tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan seorang hamba untuk berpuasa, demikian betapa Allah menganjurkan setiap umat muslim untuk bergembira dengan merayakan dua hari raya tersebut.
Hari raya Idul Fitri sudah kita lalui sekitar 3 pekan yang lalu dan sepekan lagi kita sudah memasuki bulan Dzulhijah dimana pada tanggal 10 Djulhijah kita akan merayakan hari raya Idul Adha atau yang di Indonesia sering disebut Idul Kurban.
Setiap khutbah pada saat Shalat sunat Idul Adha selalu menyampaikan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissallam beserta Putranya Nabi Ismail ‘alaihissallam yang dengan ikhlas menerima dan melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perintah itu ialah agar Nabi Ibrahim ‘alaihissallam menyembelih putra tercintanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, hingga nyatalah kecintaan nabi Allah tersebut kepada Penciptanya dan Allah menggantikan Nabi kita yang mulia Ismail ‘alaihissallam dengan Domba yang besar sebagai tebusan untuk disembelih.
Ketaqwaan menjalankan perintah berkurban inilah yang harus kita teladani, sebagaimana kita melaksanakan sholat sebagai bentuk ketaataan hendaklah kita melaksanakan qurban sebagai ibadah dan upaya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagian umat muslim mungkin selalu menunggu-nunggu lebaran Idul Adha ini, sebab ada cerita tersendiri seperti adanya gotong royong untuk pembagian daging kepada masyarakat yang kurang mampu, ada juga yang berkumpul nyate sama keluarga, juga berkunjung ke jiran tetangga untuk menyambung tali uhkuwah, dan ada yang membawa anak untuk melihat-lihat hewan kurban dan sebagainya.
Sayangnya tidak semua daerah bisa merasakan indahnya semarak Idul Adha dan menikmati daging kurban, ada saudara-saudara kita di beberapa desa yang belum pernah merasakan. Seperti di Desa Tambun Sukkean Kec. Onan Runggu Kab. Samosir yang memang termasuk daerah yang jauh dari pusat kota.
Warga Tambun Sukkean Berada ditepian Pulau Samosir dan merupakan wilayah minoritas muslim. Dahulu di desa tersebut jarang warga masyarakat yang berkurban, memang ada tapi jumlahnya hanya satu atau dua domba dan itu dibagikan pada semua warga sehingga pembagianya pun hanya sedikit.
Beberapa tahun terakhir, Semenjak hadirnyanya Dompet Dhuafa Waspada, warga pun semakian giat melaksanakan kurban dan menjadika proses penyembelihan hewan kurban sebagai kegiatan yang wajib dilaksanakan.
Dompet Dhuafa Waspada tahun lalu berhasil menemukan titik baru penebaran THK yakni Desa Lasara Sawo Kec. Sawo Kab. Nias Utara. Desa ini sama sekali belum pernah merasakan daging kurban, belum pernah merasakan semaraknya prosesi penyembelihan hewan, gotong royong, bahu membahu serta berbagi kebaikan dengan keberkahan daging kurban. Tahun lalu merupakan moment spesial bagi mereka karena untuk pertama kalinya mereka mendapati hari raya Idul Adha dengan memperoleh daging kurban.
Desa tersebut hanya sebagian contoh kecil belum seberapa dengan kondisi didaerah lain, karena masih ada daerah-daerah yang warga masyarakatnya sama sekali belum pernah memperoleh daging kurban.
Dengan Semangat berbagi keceriaan di Idul Adha inilah Dompet Dhuafa Waspada mempunyai program mulia yaitu Tebar Hewan Kurban (THK). Program Tebar Hewan Kurban ini adalah menyebarkan hewan kurban ke berbagai pelosok desa dan masyarakat terpencil di wilayah Indonesia khususnya Sumatera Utara. Dengan tujuan agar bukan hanya masyarakat di perkotaan yang dapat merasakan daging kurban, tetapi masyarakat dipelosokpun bisa merasakan daging kurban. Program THK Pertama kali dilakukan di tahun 1994 dengan nama program “Menebar 999 Hewan Kurban” kemudian di tahun 1998 hingga saat ini berubah menjadi “Tebar Hewan Kurban”.